Senin, 10 Oktober 2011

Apologetika Kristen (introduced)


Apologetika Kristen (sebuah pengantar)
Oleh: Heri Sihaloho
Pengenalan tentang Apologetika (definisi, makna, dan maksud)
Dalam istilah kata yang dipakai adalah Apologia (n) yang berarti jawab atau pertanggungjawaban kepercayaan kita kepada masyarakat (sebuah pembelaan). Dalam bentuk kata kerja (v) digunakan Apologetik, yang berarti seni atau keahlian seseorang untuk berapologia (pemikiran secara ilmiah). Jadi secara umum dapat dikatakan sebagai ilmu yang menerangka tentang pembelaan.
Apologetika Kristen adalah pembelaan dan penjelasan agama Kristen terhadap serangan-serangan dengan memakai argumentasi teologis dan filosofis untuk membuktikan secara sitematis dan logis bahwa kekristenan adalah kebenaran yang tertinggi.
Di dalam PB kata yang dipakai bersifat pembelaan (apologia dan apologeomai). Kata tersebut biasanya dipakai di dalam pengadilan di mana si terdakwa membela dirinya sendiri terhadap dakwaan (KPR.22:1).
Asal mula munculnya Apologetika (pendekatan historis dan implikasinya)
Saat masa kekaisaran Romawi, makin lama makin besar penganut agama Kristen, dan semakin besar jumlah orang Kristen yang mengalami serangan dari luar dan dalam gereja. Serangan tersebut bisa dalam bentuk tulisan atau juga kata-kata (lisan). Mereka dicaci maki, diejek, dan dihina oleh masyarakat dan kaum terpelajar. Akibat dari perlawanan tersebut, banyak orang Kristen yang mati syahid. Akan tetapi para pengikut Yesus (gereja perdana) tidak berdiam diri saja, mereka melakukan perlawanan dengan menuliskan banyak karangan bersifat apologetika.
Beberapa serangan yang ditujukan kepada pengikut Yesus adalah serangan yang dipelopori oleh kaum terpelajar yaitu Celcus dan Lucian di abad kedua. Inti serangan tersebut adalah serangan terhadap Kristus. Mereka mengkritik status kristus yang bergaul dengan orang-orang bodoh seperti nelayan atau dengan orang berdosa. Dan dikatakan juga bahwa Yesus adalah anak haram. Selain serangan dari kaum terpelajar, ada juga ejekan dan makian dari masyarakat yang bukan Kristen. Ejekan itu berupa kebangkitan dari orang mati, pembaharuan, dan pertentangan yang terjadi antara PL dan PB. Serangan terakir yang sering muncul adalah perlawanan dari kaum Yahudi.
Para Apologet Kristen bermunculan di abad kedua. Apologet bermunculan untuk menampik serangan-serangan dari musuh yang melawan inti kekristenan.
Aristedes, dia adalah Uskup dari kota Atena pada abad kedua. Aristedes menulis apologia tertua yang ditujukan kepada Hadrian. Dia membedakan manusia ke dalam empat golongan, 1) kaum biadab, 2) kaum Yunani, 3) kaum Yahudi, 4) kaum Kristen. Dua kelompok pertama menjadi kritikan dari Aristedes.
Yustinus Martir (110-159), atau Justin Martyr adalah seorang apologet yang piawai, terkemuka dan terpenting saat itu. Dia adalah seorang filsuf musafir yang bertobat dan percaya pada Kristus karena kesaksian seorang nelayan. Prinsip dalam apologetikanya mengacu pada 3 hal, yakni: 1) penggenapan nubuatan PL, 2) Mukjizat para rasul, 3) dan etika Kristen. Yustinus martir juga menekankan konsep Yunani tentang Logos (firman) dan memanfaatkannya untuk apologetikanya. Akhir hayatnya dia mati secara syahid di kota Roma.
Tatian, murid Yustinus Martir yang berasal dari Suria atau Asyur (mesopotamia). Akhir hidupnya ia habiskan dengan merintis sebuah aliran gnostik.
Athenagoras, ia hidup sejaman dengan Tatian. Ia menulis pembelaan untuk kaum Kristen dan mengenai kebangkitan dari dunia orang mati. Dalam karangannya ia banyak membantah tuduhan-tuduhan yang ditujukan kepada orang Kristen, diantaranya orang Kristen adalah atheis.
Munculnya Apologet pasca Justin Martyr, mereka adalah hidup di era abad kedua dan ketiga. Secara khusus mereka melawan ajaran bidat yang berkembang saat kekristenan dipengaruhi oelh gnostik, marcion, montanis, ebionit, dan lain sebagainya. Dan pada akhirnya dalam berbagai pembelaan yang di sampaikan oleh para pemikir Kristen saat itu, terbentuklah pengkanonan atau pengakuan (credo). Para Apologet yang sering tampil saat itu adalah Ireanus, Tertullianus, Hippolytus (dari Barat), dan Clemens dari Alexandria, Origenes (dari Timur).
Bentuk-bentuk Apologetika
Karena bersifat pembelaan dalam konteks pengadilan maka bentuk dari Apologetika adalah dialog dua arah (dialogis), adu argument yang disertai dengan bukti-bukti kuat yang didapatkan dalam mendukung pembelaannya. Bisa ditujukan kepada seseorang atau dalam jumlah yang lebih besar (KPR 17:19-22). Apologetika tersebut disebut apologetika terbuka, yang berarti ada perlawana, atau diberi kesempatan untuk ‘melawan”. Tetapi ada juga yang tanpa perlawanan (tertutup), sekalipun apologetika sudah pasti menunjukkan sifat yang melawan, tidak menutup kemungkinan orang tersebut menunjukkan sikap yang diam tanpa perlawanan. Mungkin sudah terpojok atau tak mungkin lagi diberikan sanggahan atau bantahan, karena akan memperkeruh pertikaian, atau memang sulit untuk diajak berdialog. Contoh yang nyaris dianggap sama yakni ketika Yesus dihadapan Pilatus, Yesus tidak banyak bicara dengan Pembesar tersebut, hanya beberapa kata saja yang diungkapkan kepada Pilatus.
Ada dua aspek/metode utama dari apologetika Kristen. Pertama, biasanya disebut sebagai apologetika klasik, mencakup memberikan bukti-bukti bahwa berita Kristen itu benar adanya. Yang kedua, yang biasanya disebut apologetika anggapan mencakup mengkonfrontasikan anggapan-anggapan (prasangka-prasangka, asumsi-asumsi) dibalik pendirian anti-Kristen. Para penganut kedua metode apologetika Kristen ini sering berdebat satu dengan yang lain soal metode mana yang paling efektif. Kelihatannya menggunakan kedua metode akan jauh lebih efektif, tergantung kepada orang dan situasi
Inti Persoalan yang sering muncul dalam perdebatan para Apologetika Kristen
Serangan terhadap Yesus Kristus (asal usul genetikal, kehidupan sosial)
Serangan terhadap kekristenan (isu-isu ajaran Kristen)
Serangan terhadap orang-orang Kristen (bersifat individual)
Timbulnya masalah Pengkanonan dan Pengakuan (kredo) à dilatarbelakangi oleh aliran-aliran
Penganiayaan dan Kesyahidan di dalam gereja purba (dampak penganiayaan)
Pertikaian Trinitas
Pertikaian Kristologi
Sampai perdebatan saat ini, baik di dalam gereja maupun di luar gereja
Pemikiran Para tokoh Liberalis tentang seluruh isi Alkitab (musuh-musuh baru kaum Apologet Kristen abad ke 17 dan ke-18, hingga era modern, karena berkembang luas sumbangsihnya).
Serangan-serangan dari kaum filsuf modern, dan Aliran gerakan Pencerahan. Gerakan ini timbul di abad ke-18. Mereka beranggapan bahwa manusia telah menjadi dewasa dan harus bernai berdikari, yakni melepaskan diri dari belenggu takhayul, dogma dan segala bentuk keagamaan yang tak sesuai dengan rasio.
Serangan-serangan dari ilmu pengetahuan. Ada dua ajaran dari dunia science yang menggelisahkan kaum kristiani saat itu, yakni penemuan Copernicus (abad ke-16) dan ajaran Darwin (abad ke-19).
Serangan dari ilmu filsafat yang dikembangkan oleh Sokrates, Plato dan Aristoteles.
Serangan terhadap etika Kristen à bohong putih
Serangan dari sekularisasi à gaya hidup
Serangan terhadap iman Kristen mengenai etika medis à euthanasia, jual beli organ, etc
Serangan dari doktrin (dogma) dari agama lain terhadap iman Kristen à khususnya Islam
Teladan Yesus dalam memberikan pertanggungjawaban (apologetic).
Yesus memberi jawaban atas keberatan-keberatan dan tuduhan-tuduhan terhadap dirinya sendiri dan terhadap ajarannya (Yoh. 8: 41-58, 18:19-24, Matius 22:15-33, Markus 2:6-12, 10:2-9, Lukas 4: 22-28, etc). Dari ayat-ayat tersebut maka ditemukan Yesus melakukan apologetic yang bersifat defensif, terarah, selalu siap, futuris, dan situasional. Selain itu Yesus pun sering menggunakan perumpamaan untuk mengemas pembelaannya, apalagi pertanyaan itu ditujukan untuk menjatuhkan dirinya ke dalam pengadilan agama. Berdasarkan hikmatNya, Yesus mampu meredam dan menaklukan usaha orang farisi dan alim ulama untuk menjebak Dia dengan berbagai macam pertanyaan yang sebenarnya tidak patut ditanyakan.
Apologetika Paulus
Fakta-fakta tentang Paulus dalam memberikan pembelaan, yakni saat rasul Paulus bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan wali negeri, Feliks yang tidak percaya, ia berbicara (dialegomai) dengan mereka. Maksudnya ia berdialog dan berdebat dengan memakai akal budi dan Perjanjian Lama (KPR 17:2, 18:4, 19, 19:8). Di kota Atena, Paulus bertukar pikiran (dalam bhs Inggris, dispute= memperdebatkan) dengan orang Yahudi dan non Yahudi (KPR 17:17).
Sikap Orang Kristen Dalam Mempertanggungjawabkan Iman Kristen kepada Orang Banyak
Memberikan pertanggungan jawab kepada setiap orang tidak selalu harus dalam bentuk percakapan. Bisa saja melalui pola hidup, pikiran, perilaku, perkataan, serta karakter orang yang berapologetika harus selalu siap menjawab setiap pertanyaan dari orang-orang yang berada dalam kehidupannya, mulai dari rumah, tempat bekerja, sekolah, gereja, tempat bermain, tempat bersosialisasi, di mana saja ia berada. Dengan kata lain, ia harus menjadi garam dan terang di mana pun kita berada (Mat. 5:13-16; 2Kor. 3:2).
Sesuai dengan 1 Petrus 3: 15-16, ayat-ayat itu berbicara tentang pola hidup, karakter, perilaku yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang Kristen. Nats ini dalamsejarah apologetic disebut locus clasicus, artinya perkataan Alkitabiah yang meletakkan dasar bagi tugas apologetic kita. Rasul Petrus memerintahkan agar kita siap member “pertanggung jawab” (apologia) kepada setiap orang yang memintanya, tetapi HARUSLAH DENGAN LEMAH LEMBUT DAN HORMAT.
Untuk dapat menjadi apologet yang handal, dia harus memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan Yesus (tentunya sudah lahir baru), memiliki kebiasaan membaca Alkitab sepenuhnya secara berulang-ulang, dan selalu ada kehidupan doa yang dibangun kepadaNya. Dengan adanya prinsip dasar yang kuat itu maka akan mampu menjawab setiap ancaman ideologi iman Kristen. Tentu Roh Kudus tidak tinggal diam dalam memberikan pengetahuan (hikmat) yang diluar kemampuan kita (Luk. 21:14-15).

Tidak ada komentar: