Senin, 10 Oktober 2011

Resume dan Kritik Terhadap Buku Drs. Fuad Ihsan

Bab 1

Mengenal Filsafat Ilmu

A. Pengertian Filsafat dan Filsafat ilmu

Kata “filsafat” dalam bahasa Indonesia memiliki pedanan kata philosophia (latin), philosophy (Inggris), philosophic (Jerman, Belanda, Perancis), falsafah (Arab). Semua istilah ini bersumber padad istilah bahasa Yunani philosophia. Istilah tersebut dari philein yang berarti “mencintai”, sedangkan philos yang berarti “teman, kawan, sahabat”. Selanjutnya istilah sophos yang berarti “bijaksana”, sedangkan Sophia yang berarti “kebijaksanaan”.

Etimologis dari filsafat memiliki dua arti yang berbeda. Pertama, apabila mengacu pada asal kata philein dan sophos, maka artinya mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana (sifat). Kedua, apabila filsafat mengacu pada asal kata philos dan Sophia, maka artinya adalah teman,kawan,sahabat kebijaksanaan (benda). Tetapi dalam pengertian dari perkataan Yunani (philosophia) berarti “cinta kebijaksanaan”. Menurut tradisi, Pythagoras dan Sokrateslah yang perama-tama menyebut diri sebagai “philosophos”, yaitu sebagai protes terhadap kaum “sophist”, kaum terpelajar pada waktu itu yang menamakan dirinya “bijaksana”.

Dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti alam pikiran atau alam berpikir. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir berafrti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh.

  1. Filsafat sebagai ilmu

Dikatakan filsafat sebagai ilmu karena dalam pengertian filsafat terkandung empat pertanyaan ilmua, yaitu bagaimanakah, megnapakah, kemanakah, dan apakah.

Bagaimana menanyakan sifat-sifat yang dapat ditangkap atau yang tampak oleh indra (deskriptif).

Mengapa menanyakan tentang sebab (asal mula) satu obyek. (kausalitas).

Kemana menanyakan tentang apa yang terjadi di masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang.

Apakah menunjuk kepada yang bersifat hakikat atau inti mutlak dari suatu hal. Sifatnya sangat dalam dan tidak lagi empiris.

  1. Filsafat sebagai cara berpikir

Berpikir secara filsafat dapat diartikan sebagai berpikir yang sangat mendalam sampai kepada hakikat, atau berpikir secara global (menyeluruh), atau dilihat dari sudut pandang pemikiran atau ilmu pengetahuan. Hal ini harus memenuhi beberapa persyaratan:

  1. Harus sistematis. Artinya menyusun suatu pola pengetahuan yang rasional.
  2. Harus konsepsional. Berkaitan dengan idea tau gambaran yang melekat pada akal pikiran yang berada dalam intelektual.
  3. Harus koheren. Artinya unsur-unsurnya tidak boleh mengandung uraian-uraian yang bertentangan satu sama lain.
  4. Harus rasional. Unsure-unsurnya berhubungan secara logis.
  5. Harus sinoptik. Pemikiran filsafat harus melihat hal-hal menyeluruh atau dalam kebersamaan secara integral.
  6. Harus mengarah kepada pandangan dunia. Artinya pemikiran filsafat sebagai upaya untuk memahami semua realitas kehidupan dengan jalan menysusun suatu pandangan dunia.

  1. Filsafat Ilmu

Cabang filsafat yang membahas masalah ilmu adalah filsafat ilmu. Tujuannya mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana pengetahuan ilmiah itu diperoleh. Jadi, filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang cirri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri. Empat titik pandang dalam filsafat ilmu, yakni:

  1. Filsfat ilmu adalah world-views yang konsisten.
  2. Filsafat ilmu adalah eksposisi dari presuppositions dan predispositions dari para ilmuan.
  3. Filsafat ilmu adalah suatu disiplin yang di dalamnya konsep dan teori tentang ilmu dianalisis dan diklasifikasikan.

  1. Definisi Filsafat dan Filsafat Ilmu
  1. Definisi Filsafat

Istilah filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni:

  1. Segi semantic: dari bahasa Arab dan Yunani.
  2. Segi praktis: dilihat dari pengertia praktisnya (alam pikiran).

Tegasnya, filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya.

Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.

  1. Definisi Filsafat ilmu

Filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

  1. Filsafat ilmu dalam arti luas: menampung permasalahan yang menyangkut hubungan ke luar dari kegiatan ilmiah, seperti implikasi ontology-metafisik dari citra dunia yang bersifat ilmiah, tata susila, dan konsekuensi pragmatic-etik.
  2. Filsafat ilmu dalam arti sempit: menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan ke dalam yang terdapat di dalam ilmu, yaitu yang menyangkut sifat pengetahuan ilmiah, dan cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah.

  1. Objek dan metode filsafat ilmu
  1. Objek filsafat ilmu

Filsafat ilmu memiliki objek material dan objek formal tersendiri.

  1. Objek material filsafat ilmu. Objek yang dijadikan sasaran penyelidikan oleh suatu ilmu atau objek yang dipelajari oleh suatu ilmu itu.
  2. Objek formal filsafat ilmu. Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang objek menelaah objek materialnya.

Ciri-ciri persoalan filsafat adalah sebagai berikut:

  1. Bersifat umum
  2. Tidak menyangkut fakta
  3. Bersangkutan dengan nilai-nilai
  4. Bersifat kritis
  5. Oleh suatu ilmu tanpa pemeriksaan secara kritis
  6. Bersifat synopsis
  7. Bersifat implikatif

  1. Metode Filsafat ilmu

Dalam metode filsafat ilmu pelaksanaannya dengan menggunakan dua cara berpikir, yaitu deduktif dan induktif. Berdasarkan dua cara berpikir tersebut, maka kerangka ilmiah yang harus dilakukan akan melalui langkah-langkah di bawah ini, yakni:

  1. Rumusan masalah
  2. Menentukan khasanah pengetahuan ilmiah, berisi kumpulan-kumpulan informasi yang bisa di gali.
  3. Penyusunan kerangka berpikir dalam penyusunan hopotesis, berisi argumentasi yang dibangun.
  4. Penyusunan hipotesis
  5. Pengujian hipotesis
  6. Penarikan kesimpulan

  1. Cabang-cabang filsafat dan kegunaan filsafat
  1. Cabang-cabang filsafat

Filsafat adalah sebagai induk yang mencakup semua ilmu khusus. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya ilmu-ilmu khusus itu satu demi satu memisahkan diri dari induknya, filsafat. Mula-mula matematika dan fisika melepaskan diri, kemudian diikuti oleh ilmu-ilmu lain. Adapun psikologi baru pada akhir-akhir ini melepaskan diri dari filsafat, bahakan di beberapa institute, psikologi masih terpaut dengan filsafat. Semua ahli sepakat bahwa ilmu filsafat selalu berpusat di sekitar logika, metafisika, dan etika.

  1. Kegunaan filsafat

Manfaat mempelajari filsafat ada bermacam-macam. Namun sekurang-kurangnya ada 4 macam faedah, yaitu:

  1. Agar terlatih berpikir serius
  2. Agar mampu memahami filsafat
  3. Agar mungkin menjadi ahli filsafat
  4. Agar menjadi warga negara yang baik
  1. Ruang lingkup filsafat

Filsafat dala coraknya yang baru ini mempunyai beberapa cabang, yaitu: Metafisika, Logika, Etika, Estetika, Epistemologi, Politik dan filsafat-filsafat khusus lainnya.

Bab. 2

Filsafat, Pengetahuan dan Ilmu

  1. Sumber Filsafat

Plato mengatakan bahwa filsafat mulai dengan ketakjuban, dengan keheranan. Hanya manusia yang dapat takjub, yang jadi subyek. Keheranan menyatakan diri dalam pertanyaan yang menanyakan itu adalah manusia. Yang ditanyakannya segala sesuatu yang dihadapinya yang belum jelas. Maksud pertanyaan untuk menjelaskan kenyataan untuk memperoleh kebenaran. Dalam tiap ruang dan waktu selalau ada pertanyaan-pertanyaan yang minta dijawab oleh filsafat.

Filsafat sesungguhnya adalah tafsiran kenyataan. Manusia dalam tiap kurun dan dinegerinya masing-masing menghadapi kenyataan-kenyataan pokok yang sama yang dibentuk oleh kamanusiaan.

Apabila kita menyakan tentang sesuatu, tandanya kita telah mengetahui sedikit tentang sesuatu itu. Orang tidak mengetahui sama sekali tentang sesuatu itu, tidak mungkin merumuskan pertanyaan.

Karena itu, tujuan pertanyaan ialah penjelasan tentang sesuatu yang telah diketahui dengan samar-samar.

  1. Filsafat, ilmu, kebudayaan, dan agama
  1. Filsafat dan ilmu.

Ilmu haruslah sistematis dan berdasarkan metodologi da ia berusaha mencapai generalisasi. Dalamkajian ilmiah, kalau data yang baru terkumpul sedikit atau belum cukup, maka ilmuan membina hipotesis. Ilmuan dalam studinya tentang sekelompok fenomena melakukan tiga tahap kerja:

  1. Mula-mula ia menghimpun fakta-fakta atau data dari obyek studinya.
  2. Pelukisan fakta-fakta, dengan jalan membentuk definisi dan pelukisan umum, lalu melakukan analisis, dan mengklarifikasikan fakta-fakta itu.
  3. Penjelasan fakta-fakta dengan jalan menentukan sebab-sebab (hal-hal yang mendahului peristiwa), lalu merumuskan hukum (penentuan keserba-tetapan peristiwa)

  1. Fakta dan kebudayaan

Suatu kebudayaan ialah cara berpikir dan cara merasa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia, yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan suatu waktu. Cara berpikir dan cara merasa itu menyatakan diri dalam cara berlaku dan cara berbuat. Dengan demikan definisi itu dapat diperpendek: cara berlak berbuat dalamkehidupan (cara hidup).

Kebudayaan terbagi dalam tujuh cabang kebudayaan, yakni: sosial, ekonomi, politik, ilmu dan teknik, seni, filsafat, dan agama. Ilmu memasukkan agama ke dalam kebudayaan. Kebudayaan adalah cara berpikir. Sedangkan berfilsafat ialah berpikir secara sistematis, radikal dan universal. Dengan demikian filsafat itu mengendalikan cara berpikir kebudayaan. Di belakang tiap kebudayaan selalu kita temukan filsafat.

  1. Filsafat agama

Ada dua kategori agama:

  1. Agama budaya (natural religion)
  2. Agama langit (revealed religion)

Agama budayalah yang lahir dalam kebudayaan. Kalau agama ini tumbuh di bumi adalah agama langit diturunkan dari langit. Yang perrtama dibentuk oleh filsafat masyarakat. Sedangkan yang kedua dibentuk oleh wahyu Tuhan.

Ciri-ciri agama budaya:

  1. Tidak disampaikan oleh nabi dan rasul Tuhan, tidak dapat dipastikan kapan lahirnya
  2. Tidak memiliki kitab suci yang diwariskan oleh nabi/rasul Tuhan.
  3. Sistem merasa dan berpikir agama inheren dengan system merasa dan berpikir tiap segi kehidupan.

Bertolak dari definisi filsafat, adalah takrif filsafat agama: system kebenaran tentang agama sebagai hasil berpikir secara radikal, sistematis dan universal. Dasar-dasar agama yang dipersoalkan dipikirkan menurut logika (teratur dan berdisiplin) dan bebas. Ada dua bentuk filsafat agama, yakni filsafat agama pada umumnya dan filsafat sesuatu agama.

Bentuk yang pertama dihasilkan oleh pemikiran dasar-dasar agama secara analitik dankritik, dengan membebaskan diri dari ajaran-ajaran agama dan bukanlah tujuannya untuk membenarkan suatu agama.

Bentuk yang kedua adalah juga hasil pemikiran dasar-dasar suatu agama secara analitik dan kritik, dengan tujuan memberikan alasan-alasan rasional untuk membenarkan agama itu, setidak-tidaknya menguraikan bahwa ajaran agama itu tidaklah mustahil dan tidak berlawanan dengan logika.

Bab 3

Dasar-dasar pengetahuan

  1. Definisi dan cirri-ciri ilmu pengetahuan
  1. Definisi ilmu pengetahuan

Scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari, mengetahui. Ilmu harus diushakan dengan aktifitas manusia, aktifitas itu harus dilaksanakn dengan metode tertentu, dan akhirnya aktifitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis.

  1. Ciri-ciri ilmu pengetahuan

Cirri pengetahuan ilmiah antara lain adalah persoalan dalam ilmu itu penting untuk segera dipecahkan dengan maksud untuk memperoleh jawaban. di samping itu setiap ilmu dapat memecahkan masalah sehingga mencapai suatu kejelasan dan kebenaran, walaupun bukan kebenaran akhir yang abadi dan mutlak.

  1. Penalaran dan logika
  1. Penalaran adalah kegiatan berpikir yang memiliki karakteristik tertentu dalam menemukan suatu kebenaran. Dengan singkat dapat dinyatakan bahwa penalaran dapat didefinsikan sebagai suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan yang benar.
  2. Logika

Logika adalah cara dala penarikankesimpulan. Ada dua jenis dalam cara penarikankesimpulan, yakni logika induktif dan logika deduktif.

Logika induktif adalah suatu cara penarikan simpulan pada sesuatu proses berpikir dengan menyimpulkan sesuatu yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.

Logika deduktif suatu cara penarikan simpulan pada suatu proses berpikir yang sebaliknya dari logika induktif. Dalam proses berpikir ini dari pernyataan yang bersifat umum ditarik simpulan yang bersifat khusus (silogismus).

  1. Sumber pengetahuan

Sumber pengetahuan yang dibangun berdasarkan logika deduktif dan induktif seperti yang telah dijelaskan sebelumnya adalah suatu proses penalaran yang dibangun berdasarkan premis-premis yang berupa pengetahuan yang benar. Permasalahan yang muncul ialah bagaimana kita dapat memperoleh pengetahuan yang benar tersebut? Untuk menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu kita dapat mendefinisikan apa itu pengetahuan dan apa itu benar?

  1. Kriteria dan cara penemuan kebenaran
  1. Kriteria kebenaran

Untuk menentukan kebenaran suatu pengetahuan, ada tiga teori yang dapat dijadikan sebagai criteria, yaitu:

  1. Teori koherensi (saling berhubungan)
  2. Teori korespondensi (saling berkesesuaian)
  3. Teori pragmatism (kebenaran konsekuensi kegunaan)

  1. Cara penemuan kebenaran
  1. Cara penemuan kebenaran non ilmiah

Ada beberapa cara yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh kebenaran melalui cara non ilmiah, diantaranya adalah:

1). Akal sehat

2). Prasangka.

3). Pendekatan intuisi\

4). Penemuan kebetulandan coba-coba

5). Pendekatan otoritas ilmiah danpikiran kritis

  1. Cara penemuan kebenaran ilmiah

Pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan ilmiah berupa kegiatan penelitian ilmiah dan dibangun di atas teori-teori tertentu. Ada tiga tahapan berpikir yang harus dilalui, yaitu: a) skeptic, b) analitik, c) kritis.

Bab 4

Filsafat abad modern

  1. Renaissance

Renaissance dari bahasa Perancis yang berarti kebangkitan kembali. Orang yang mula-mula menggunakan istilah tersebut adalah Jukes Michelet, sejarawan Perancis terkenal. Menurutnya Renaissance ialah periode penemuan manusia dan dunia dan bukan sekadar sebagai kebangkitan kembali yang merupakan permulaan kebangkitan modern.

Awal mula dari suatu masa baru ditandai oleh suatu usaha besar dari Descartes (1596-1650 M) untuk memberikan kepada filsafat suatu bangunan yang baru. Descartes sering disebut sebagai tokoh pertama filsafat modern.

Sejak itu, dan juga telah dimulai sebelumnya, yaitu sejak permulaan Renaissance, sebenarnya Individualisme dan Humanisme telah dicanangkan. Descartes memperkuat ide-ide ini. Humanisme dan Individualisme merupakan ciri Renaissance yang penting. Humanism adalah pandangan bahwa manusia mampu mengatur dunia dan dirinya. Ini suatu pandangan yang tidak menyenangkan bagi orang-orang yang beragama.

Pada abad pertengahan itu manusia dianggap kurang dihargai sebagai manusia. Kebenaran diukur berdasarkan ukuran dari gereja (Kristen), bukan menurut ukuran yang dibuat oleh manusia. Humanisme menghendaki ukuran haruslah manusia. Karena manusia mempunyai kemampuan berpikir maka humanism menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan mengatur dunia.

  1. Rasionalisme

Rasionalis adalah faham filsafat yang mengatakan bahwa akal adalah alat terpenting untuk memeproleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalis, suatu pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir.

Tokoh-tokoh aliran Rasionalisme di antaranya adalah Descartes, Spinoza, dan Leibniz. Aliran Rasionalisme ada dua macam yaitu dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat. Dalam bidang agama aliran Rasionalisme adalah lawan dari autoritas dan biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama. Sedangkan dalam bidang filsafat Rasionalisme adalah lawan dari Empirisme dan sering berguna dalam menyusun teori pengetahuan.

  1. Idealisme

Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Istilah idealism diambil dari kata ide yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Pandangan ini telah dimiliki oleh Plato dan pada filsafat modern dipelopori oleh J.G Fichte, Sckelling, dan Hegel. Argumen orang-orang idealis mengatakan bahwa objek-objek fisik tidak dapat dipahami terlepas dari spirit.

Idealisme secara umum selalu berhubungan dengan Rasionalisme. Ini adalah mazhab epistemology yang mengajarkan bahwa pengetahuan epriori atau deduktif dapat diperoleh manusia dengan akalnya.

  1. Empirisme

Empirisme adalah salah satu aliran yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan peranan akal. Istilah Empirisme diambil dari bahasa Yunani empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin, Empirisme adalah lawan Rasionalisme.

Filsafat Empirisme; pertama, tentang teori makna amat berdekatan dengan aliran positivism logis dan filsfat Ludwig Wittegenstein. Akan tetapi teori makna dan empirime selalu harus dipahami lewat penafsiran pengalaman. Kedua, yaitu teori pengetahuan, dapat diringkaskan sebagai berikut. Menurut orang rasionalis ada beebrapa kebenaran umum seperti setiap kejadian tentu mempunyai sebab, dasar-dasar matematika, dan beberapa prinsip dasar etika, dan kebenaran-kebenaran itu benar dengan sendirinya yang dikenal dengan istilah kebenaran apriori yang diperoleh lewat intuisi rasional.

Para tokoh pengikut aliran Empirisme adalah Francis Bacon, Thomas Hobbes, John Lock, David Ilunze, dan Herbert Spencer.

  1. Kantianisme (Immanuel Kant: 1724-1804)

Pemikiran-pemikiran Kant yang terpenting diantaranya ialah pemikiran akal murni. Menurutnya bahwa dunia luar itu kita ketahui hanya dengan sensasi, dan jiwa bukanlah sekedar tabula rasa, tapi jiwa merupakan alat yang positif, memilih dan merekonstruksi hasil sensasi yang masuk itu dikerjakan oleh jiwa dengan menggunakan kategori yangkni mengklarifiaksikan dan mempersepsikannya ke dalam ide.

Sensasi-sensasi masuk melalui alat indera. Melalui indera itu kemudian masuk ke otak, lalu obejek itu diperhatikan, kemudian disadari. Masuk ke otak melalui hukum-hukum, karena hukum-hukum itulah maka tidak semua stimulus yang menyerupai alat indera dapat masuk ke otak. Penangkapan itu telah diatur oleh persepsi sesuai dengan tujuan. Tujuan inilah hukum-hukum itu.

  1. Pragmatisme

Berasal dari kata pragma (yunani) yang berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa criteria kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata. Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relative tidak mutlak. Mungkin sesuatu konsep atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu tetapi terbukti berguna bagi masyarakat yang lain. Maka konsep itu dinyatakan benar oleh masyarakat yang kedua.

Filsuf yang terkenal sebagai tokoh filsafat pragmatism adalah William James dan John Dewey.

  1. Eksistensialisme

Berasal dari kata eksistensi dari kata exist. Kata exist itu sendiri adalah bahasa latin yang artinya ex, keluar dan sistare: berdiri. Jadi, eksistensi adalah berdiri dengan keluar dari diri sendiri.

Filsafat eksistensi tidak sama persis dengan filsafat eksistensialisme. Yang dimaksud dengan filsafat eksistensi adalah benar-benar sebagaimana arti katanya, yaitu filsafat yang menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral.

Eksistensialisme menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda lain tidaklah sama. Manusia berada di dunia, sapid an pohon juga. Akan tetapi cara beradanya tidak sama. Manusia berada di dalam dunia, ia mengalami beradanya di dunia itu, manusia menyadari dirinya berada di dunia.

Ada beberapa tokoh filsafat eksistensialisme, diantaranya yaitu: Martin Heidegger, J.P. Sartre, dan Gabriel Marcel.

  1. Positivisme

Positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif sesuatu yang diluar fakta atau kenyataan dikesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan.

Tokoh aliran positivism adalah Auguste Comte (1798-1857 M). ia berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam meperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen.

Menurut Comte, perkembangan pemikiran manusia baik perorangan maupun bangsa melalui tiga zaman, yakni: zaman teologis, metafisis dan zaman positif.

  1. Matrialisme

Aliran filsafat materialism memandang bahwa realitas seluruhnya adalah materi belaka. Tokoh aliran ini adalah Ludwig Freurbach (1804-1872 M). menurutnya hanya alam lah yang ada. Manusia adalah alamiah juga.

Dalam pandangan materialime, baik yang kolot maupun yang modern, manusia itu pada akhirnya adalah benda seperti halnya kayu dan batu.

Dimana kesalahan materialism? Rene Le Senne, seorang eksistensialis merumuskan kesalahan materialsime itu secara singkat: kesalahan itu ialah detotalisasi. De artinya memungkiri, total artinya seluruh. Maksudnya memungkiri manusia sebagai keseluruhan.

  1. Marxisme

Marxisme adalah aliran filsafat yang ditujukan kepada ajaran Karl Marx (1818-1883M). aliran ini lahir dari suatu pertemuan dari tempat-tempat Karl Marx dalam sejarah ide-ide dan suatu detik sejarah perjuangan kelas-kelas yaitu kelahiran gerakan buruh. Pokok pemikiran Marx diambil dari ajaran filsafat Hegel dan Feurbach. Dari Hegel diambil metoda dialektikanya dan mengenai sejarah, sedang dari Feurbach diambil teori materialismenya.

Ajaran filsafat Marx disebut juga materialism dialektik, dan disebut juga materialism historis. Disebut sebagai materialism dialektik karena peristiwa kehidupan yang didominasi oleh keadaan ekonomis yang materiil itu berjalan melalui proses dialektika, tese, antitese dan sintise.

Adapun Marxisme disebut materialism historis, karena menurut teorinya, bahwa arah yang ditempuh sejarah sama sekali ditentukan oleh perkembangan sarana-sarana produksi yang materiil.

Marx beranggapan bahwa dalam masyarakat komunis denga sendirinya agama akan lenyap, karena agama merupakan ekspresi kepapan manusia. Agama adalah candu rakyat, demikian kata Marx.

  1. Anti Teisme atau Ateisme

Anti Teisme merupakan aliran filsafat yang ingn mewujudkan sejarah manusia tanpa Tuhan. Tokoh filsafat aliran ini adalah Friedrich Nietzhe (1844-1890 M). Tuhan dan agama menurutnya dipandang sebagai formula jahat yang ditetapkan dalam setiap fitnah melawan manusia di dunia.

Pokok-pokok filsafatnya di antaranya mengenai kehendak manusia, manusia sempurna, dan kritikan terhadap agama Kristen.

Bab 5.

Sejarah Perkembangan ilmu pengetahuan

  1. Zaman purba (15 SM-7 SM)

Pengetahuan pada masa itu diarahkan pada pengetahuan yang bersifat praktis, yaitu pengetahuan yang member manfaat langsung kepada masyarakat. Sesuai dengan namanya, zaman batu pada masa itu manusia menggunakan batu sebagai peralatan. Hal ini tampak dari temuan-temuan seperti kapak yang digunakan untuk memotong dan membelah. Selain menggunakan alat-alat yang terbuat dari batu, manusia pada zaman itu juga menggunakan tulang binatang.

Perkembangan kebudayaan terjadi lebih cepat setelah manusia menemukan dan menggunakan api dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memanfaatkan api untuk menghangatkan tubuh. Api kemudian juga digunakan untuk memasak dan perlengkapan dalam berburu.

Perkembangan pengetahuan secara lebih cepat terjadi beberapa ribu tahun sebelum Masehi. Pada masa itu mulailah revolusi besar dalam cara hidup manusia. Manusia mulai mengenal pertanian, mengenal kehidupan bermukim (menetap), membangun rumah, mengawetkan makanan, memulai irigasi, dan mulai berternak hewan. Pada masa itu juga sudah mulai muncul kemampan menulis, membaca dan berhitung.

  1. Zaman Yunani

Zaman Yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karna pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Yunanai pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karna bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi.

  1. Zaman keemasan filsafat Yunani

Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles kegiatan politik dan filsafat dapat berkembang dengan baik. Ada segolongan kaum yang pandai berpidato dinamakan kaum sofis. Kegiatan mereka adalah mengajarkanpengetahuan pada kaum muda.

  1. Masa Helinistis dan Romawi

Pada zaman Alexander Agung telah berkembang sebuah kebudayaan trans nasional yang disebut kebudayaan Helenistis, karena kebudayaan Yunani tidak terbatas lagi pada kota-kota Yunani raja, tetapi mencakup juga seluruh wilayah yang ditaklukan Alexander Agung. Dalam bidang filsafat, Athena tetap merupakan suatu pusat yang penting, tetapi berkembang pula pusat-pusat intelektual lain, terutama kota Alexandria. Akhirnya ekspansi Romawi meluas sampai ke wilayah Yunani, itu tidak berarti kesudahan kebudayaan dan filsafat Yunani, karena kekasiaran Romawi pun pintu dibuka lebar untuk menerima warisan kultur Yunani.

  1. Zaman Pertengahan

Zaman peretengahan merupakan suatu kurun waktu yang ada hubungannya dengan sejarah bangsa-bangsa di benua Eropa. Pengertian umum tentang zaman pertengahan yang berkaitan dengan perkembangan pengetahuan ialah suatu periode panjang yang dimulai dari jatuhnyisarana kekaisaran Romawi Barat tahun 476 M hingga timbulnya Renaissance di Italia.

Zaman pertengahan ditandai dengan pengaruh yang cukup besar dari agama Katolik terhadap kekaisaran dan perkembangan kebudayaan pada saat itu. Pada umumnya orang Romawi sibuk dengan masalah keagamaan tanpa memperhatikan masalah duniawi dan ilmu pengetahuan. Pada masa itu yang tampil dalam lapangan ilmu pengetahuan adalah para teolog. Sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan.

Bab 6

Etika Keilmuan

Etika secara etimologi berasal dari kata Yunani ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Secara terminology etika adalah cabang filsfat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik buruk. Yang dapat dinilai baik buruk adalah sikap manusia yaitu yang menyangkut perbuatan, tingakah laku, gerakan-gerakan, kata-kata dan sebagainya.

Bab 7

Ilmu, Teknologi dan Seni

Berdasar pada hakikat ilmu tentang perlunya kewaspadaan perkembangannya bagi kemaslahatan manusia, berorientasi pada tiga klasifikasi yaitu sebagai produk, sebagai proses, dan paradigm etika yang secara akumulatif menimbulkan fenomena bagi umat pada dewasa ini.

Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam kurun perkembangannya sangat didambakan lantaran besarnya manfaat yang dapat diperoleh bagi manusia dari padanya, namun demikian sering di rasa dampak ilmu, teknologi dan seni yang kadang merusak atau melunturkan nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi.

Bab 8

Ilmu dalam Perspektif Kemaslahatan Hidup Insani

Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok. Etika adalah perwujudan dan pengejawantahan secara kritis dan rasional ajaran moral yang siap pakai, sedangkan moral adalah petunjuk konkret yang siap pakai tentang bagaimana kita harus hidup. Keduanya berfungsi sama yaitu memberi orientasi bagaimana dan kemana kita harus melangkah dalam hidup ini. Yang perlu diperhatikan ialah bahwa apa yang telah terjadi sebenarnya tidak mutlak harus terjadi dan apa yang bakal terjadi tidak perlu terjadi, hal itu semata-mata bergantung kepada keputusan manusia sendiri.

Kritik Terhadap Buku Filsafat Ilmu karya Dr. H.A Fuad Ihsan

Seperti yang dikatakan oleh penulis bahwa buku ini memang ditujukan untuk pembaca yang berminat kepada filsafat. Namun tidak menutup kemungkinan bagi mereka yang ingin mengembangkan wawasan filsafatnya. Untuk sebatas mengenal dan mengawali bidang filsafat, buku ini tepat untuk dibaca dan menjadi acuan tetap dalam pembelajaran. Fuad Ihsan mengharapkan pembaca mampu menembus arti dari filsafat baik secara ilmu maupun kepada penerapannya.

Materi dalam buku ini disusun berdasarkan pendekatan sistematika filsafat ilmu, sekalipun tidak mutlak urutannya, artinya penulis juga melakukan pengulangan yang sudah disebutkan dalam bab-bab sebelumnya. Misalkan di bab pertama penulis menekankan epistemology tentang filsafat, dan kembali lagi di bab kedua, ketiga, dan selanjutnya mengacu kepada arti dan makna yang sama.

Melihat daftar isi, menurut saya bab empat dan bab lima perlu menjadi satu bab, hal ini dianggap keterkaitan isi, dan ada baiknya diawali dengan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan yang diuraikan dari zaman purba, zaman Yunani, dan seterusnya. Selain karena keterkaitan, juga karena dalam bab lima juga membahas tentang beberapa aliran modern dari Renaissance, modern, sampai kepada kontemporer.

Akhir dari buku ini, Fuad Ihsan tidak memberikan kesimpulan atau hal yang prinsip dari seluruh uraiannya. Hal ini penting karena untuk menghasilkan karya yang didapatkan dalam penelitian, baik tertulis (kepustakaan) maupun tidak tertulis (lapangan), perlu dimuat kesimpulan akhir dari riset yang diperoleh.

Selaku pembaca saya tertarik penulis memperkenalkan pembaca tentang filsafat secara lengkap yang dimulai dari perbedaan filsafat dan filsafat ilmu, dengan tujuan pembaca mampu membedakan dengan tepat. Filsafat menurut Ihsan mendorong kepada peminat filsafat untuk lebih banyak bertanya t erhadap apa yang ditemukan (how, why, what). Sedangkan filsafat ilmu lebih kepada penelitian (science), melakukan penyelidikan terhadap apa yang pernah di dapatkan sebelumnya.

Menurut saya tidak semua penulis menempatkan maksud dari perbedaan tersebut, tapi memang karena buku ini untuk dikonsumsi juga bagi awam dan yang terpenting mahasiswa khusunya maka penulis menganggap perlu untuk dibuat perbedaan.

Dalam bab pertama penulis juga menguraikan tentang objek dan metode dalam filsafat ilmu. Metode yang dipakai sudah dikembangkan lebih dulu oleh Pythagoras dan orang-orang sezamannya. Dan selama ini metode yang dipakai oleh peneliti khususnya dalam membuat karya akhir masih berlaku untuk digunakan, bahkan mulai dikembangkan.

Dalam perkembangannya, filsafat ilmu yang ditulis oleh Fuad Ihsan memiliki cabang-cabang yang meluas ke sidiplin ilmu lainnya. Menurut penulis induk dari segala ilmu pengetahuan adalah filsafat, sekalipun saya tidak sepenuhnya sependapat. Melihat awal dari munculnya filsafat yang dimulai dari kehidupan orang Yunani yaitu melakukan retorika dalam keseharian (tidak semua orang), maka semua sumber kebijaksanaan di dapatkan dari keagamaan (kaitannya dengan dewa), yang menurut Fuad Ihsan bahwa orang Yunani sebellum munculnya Pythagoras berpegang pada mitologi, berbeda saat muncul Socrates, Plato dan Aristoteles, keagamaan yang diyakini dalam bentuk mitologi mulai bergeser dengan nilai dan norma (kebijaksanaan) yang dibicarakan. Itulah sebabnya saya tidak sepenuhnya meyakini bahwa sebelum disiplin ilmu bercabang, agama atau teologi menjadi pikiran utama bagi kehidupan masyarakat pada saat itu.

Hal lain yang saya amati dalam buku ini, penulis tidak sepenuhnya murni mengkaji dengan focus kepada filsafat barat (asal), tetapi selalu mengkaitkan dengan dunia arab

Dan sekitarnya, berikut dengan tokoh-tokoh semenanjung arab, atau yang berhubungan dengan sejarah Islam (filsafat keilmuannya). Berbeda dengan penulis-penulis filsafat lainnya, sebut saja Magnis Suseno, Bertens, Harun, Brouwer, dan lainnya. Mereka adalah dari latar belakang Kristen atau Katolik, tetapi isi dari kesluruhan karyanya memang terfokus apa adanya, tidak seperti dari buku yang sekarang dikritisi (Fuad Ihsan), hamper setiap ulasan dalam per bab tidak lepas dari kajian sejarah Islamis. Nilai tambah dari karya Fuad Ihsan tentu tidak sedikit yang kita dapatkan, beliau mampu mengkaitkannya kepada kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya dalam konteks di Indonesia. Hal ini dituliskan dalam bab tujuh yang membahas tentang visi ilmu di Indonesia. Dengan mendukung pendapat ilmuan atau pemikir dari negeri ini, sebut saja Koento Wibisono yang mengatakan bahwa visi dan orientasi filosofinya diletakkan pada nilai-nilai Pancasila di dalam mengahadapi masalah-masalah yang harus dipecahkan sebagai data atau obyek dalam satu kesatuan integrative. Fuad Ihsan berharap bahwa setiap ilmuan harus memilik etika untuk berilmu, dan menghasilkan karya yang mengangkat nama bangsa dan menjawab kebutuhan masyarakat. Dengan demikian keterkaitan dengan filasafat dan ilmu pengetahuan mendapatkan hasil nyata yang diperoleh dari pemikiran (bijaksana) kepada karya yang baru dan mendapat tempat penting.

Sekalipun punulis menyatakan kelemahannya dalam karyanya ini, tetapi menurut saya ini sudah menunjukkan jauh lebih baik untuk saya khususnya dalam mendalami filsafat (pemula). Bila penulis membuat kembali dengan judul filsafat lanjutan, tentunya lebih tertuju kepada analisa pikiran berdasarkan teori-teori yang sudah dijelaskan dalam bab satu dan dua. Mungkin perlu dituliskan contoh-contoh analisis terhadap pemikiran filsafat yang biasa digunakan oleh filsuf mulai dari Pythagoras sampai kepada tokoh-tokoh filsafa pada abad pertengahan. Bertolak dari alam (metafisik), etika, estetika, logika, dan epistemology. Khususnya tentang logika, Karen aberkaitan dengan yang benar dan yang salah, Karen sifatnya relative dan situasional, maka penulis buku ini perlu membuat kasus atau berupa contoh untuk merangsang lebih jauh asumsi pembaca. Sekalipun itu sifatnya lanjutan dalam memahami filsafat, tetapi bisa memotivasi kembali untuk meminati ilmu tersebut.

Di Indonesia sedikit sekali penulis menguraikan tentang sejarah perkembangan filsafat, baik dari msauknya filsafat di Indonesia, pelopor, pemikiran, sampai kepada sumbangsihnya bagi negeri ini.

Satu lagi yang perlu ditambahkan dalam isi dari buku ini yakni uraian tentang baik buruknya belajar filsafat atau filsafat ilmu. Hal ini terlihat dari pengalaman para filsuf di abad pertengahan yaitu mulai bergesernya keyakinan mereka kepada Tuhan, bahkan menolak adanya kebenaran yang mutlak. Di bab enam dan tujuh penulis menguraikan syarat dan ketentuan dalam berfilsafat, bahakan ada etikanya. Maksud saya, penulis perlu mengkaji lebih jauh apa saja yang menyebabkan mereka menjadi bergeser (selain alasan zaman pencerahan)? Sementara jauh sebelumnya memiliki sikap yang militant kepada Tuhan (tradisi keagamaan).

Karena menurut saya hampir semua para filsuf tidak lagi mengakui adanya Tuhan yang berkarya dalam kehidupannya. Tentu ada keberatan-keberatan yang sulit para filsuf untuk melepaskan saat itu, apalagi mereka pada umumnya memiliki jabatan gereja atau keuskupan. Karena buku ini dibatasi secara umum kajiannya maka tidak ada pembatasan yang saya maksudkan.

Untuk kedepannya saya berharap Indonesia akan semakin banyak menghasilkan pemikir-pemikir yang mencintai agamanya (iman kepada Kristus khususnya, untuk yang beriman kepadaNya), itu sebabnya banyak filsuf Kristen yang menampik semua yang muncul menjadi isu dalam perdebatan dari semua disiplin ilmu

Tidak ada komentar: